auliya'urrosyidin

auliya'urrosyidin
the future

auliya' urrosyidin

Sabtu, 02 Januari 2010

Pertumbuhan Emosi

Pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia hampir mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat tertawa. Kalau anak itu sudah lebih besar, maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-maksud tertentu pada situasi-situasi tertentu.
Pada bayi yang baru lahir, satu-satunya emosi yang nyata adalah kegelisahan yang nampak sebagai ketidaksenangan dalam bentuk menangis dan meronta.
Pengaruh kebudayaan besar sekali terhadap perkembangan emosi, karena dalam tiap-tiap kebudayaan diajarkan cara menyatakan emosi yang konvensional dan khas dalam kebudayaan yang bersangkutan, sehingga ekspresi emosi tersebut dapat dimengerti oleh orang-orang lain dalam kebudayaan yang sama. Klineberg pada tahun 1938 menyelidiki literatur-literatur Cina dan mendapatkan berbagai bentuk ekspresi emosi yang berbeda dengan cara-cara yang ada di dunia Barat. Ekspresi-ekspresi itu antara lain :
• Menjulurkan lidah kalau keheranan.
• Bertepuk tangan kalau kuatir.
• Menggaruk kuping dan pipi kalau bahagia.
Yang juga dipelajari dalam perkembangan emosi adalah obyek - obyek dan situasi-situasi yang menjadi sumber emosi. Seorang anak yang tidak pernah ditakut-takuti di tempat gelap, tidak akan takut pada tempat gelap.
Warna efektif pada seseorang mempengaruhi pula pandangan orang tersebut terhadap obyek atau situasi di sekelilingnya. Ia dapat suka atau tidak menyukai sesuatu, misalnya ia suka kopi, tetapi tidak suka teh. Ini disebut preferensi dan merupakan bentuk yang paling ringan daripada pengaruh emosi terhadap pandangan seseorang mengenai situasi atau obyek di lingkungannya. Dalam bentuknya yang lebih lanjut, preferensi dapat menjadi sikap, yaitu kecenderungan untuk bereaksi secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.
Sikap pada seseorang, setelah beberapa waktu, dapat menetap dan sukar untuk diubah lagi, dan menjadi prasangka. Prasangka ini sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah laku, karena ia akan mewarnai tiap-tiap perbuatan yang berhubungan dengan sesuatu hal, sebelum hal itu sendiri muncul di hadapan orang yang bersangkutan.
Sikap yang disertai dengan emosi yang berlebih-lebihan disebut kompleks, misalnya kompleks rendah diri, yaitu sikap negatif terhadap diri sendiri yang disertai perasaan malu, takut, tidak berdaya, segan bertemu orang lain dan sebagainya.
Ada beberapa contoh pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya :
a. memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai
b. melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa ( frustasi ).
c. menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup ( nervous ) dan gagap dalam berbicara.
d. terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati
e. suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
Jenis Emosi Perubahan Fisik
1. Terpesona 1. Reaksi elektris pada kulit
2. Marah 2. Peredaran darah bertambah cepat
3. Terkejut 3. Denyut jantung bertambah cepat
4. Kecewa 4. Bernapas panjang
5. Sakit / Marah 5. Pupil mata membesar
6. Takut / Tegang 6. Air liur mengering
7. Takut 7. Bulu roma berdiri
8. Tegang 8. Pencernaan terganggu, otot – otot menegang atau bergetar ( tremor )
Takut
Takut adalah perasaan yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu. Bentuk ekstrim dari takut adalah takut yang pathologis yang disebut phobia. Phobia adalah perasaan takut terhadap hal-hal tertentu yang demikian kuatnya, meskipun tidak ada alasan yang nyata, misalnya takut terhadap tempat yang sempit dan tertutup (claustrophobia), takut terhadap ketinggian atau takut berada di tempat - tempat yang tinggi (acrophobia), takut terhadap kerumunan orang, takut tempat -tempat ramai (ochlophobia).
Rasa takut lain yang merupakan kelainan kejiwaan adalah kecemasan (anxiety) yaitu rasa takut yang tak jelas sasarannya dan juga tidak jelas alasannya. Kecemasan yang terus menerus biasanya terdapat pada penderita-penderita Psikoneurosis.
Khawatir
Kuatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai obyek yang jelas atau tidak ada obyeknya sama sekali. Kekuatiran menyebabkan rasa tidak senang, gelisah, tegang, tidak tenang, tidak aman. Kekuatiran seseorang untuk melanggar norma masyarakat adalah salah satu bentuk kekuatiran yang umum terdapat pada tiap-tiap orang dan kekuatiran ini justru positif karena dengan demikian orang selalu bersikap hati-hati dan berusaha menyesuaikan diri dengan norma masyarakat.
Cemburu
Kecemburuan adalah bentuk khusus dan kekuatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seorang yang cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya.
Gembira
Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat spesial, yaitu melibatkan orang-orang lain di sekitar orang yang sedang gem¬bira tersebut.
Marah
Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk sampai pada tujuannya. Dengan demikian, ketegangan yang terjadi dalam aktivitas itu tidak mereda, bahkan bertambah. Untuk menyalurkan ketegangan-ketegangan itu individu yang bersangkutan menjadi marah.
Motif
Motif, atau dalam bahasa Inggris-nya '"motive", berasal dari kata ''motion", yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif, pun. erat hubungannya dengan "gerak", yaitu dalam hal ini gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga per-buatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah-laku.
Di samping istilah "motif", dikenal pula dalam psikologi istilah motivasi. Motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjuk kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan.
Ada beberapa pendapat mengenai apa sebenarnya motif itu. Salah satu pendapat mengatakan bahwa motif itu merupakan energi dasar yang terdapat dalam diri seseorang. Sigmund Freud adalah salah seorang sarjana yang berpendapat demikian. Tiap tingkah ¬laku, menurut Freud didorong oleh suatu energi dasar yang disebut instink-instink ini oleh Freud dibagi dua :
1. Instink kehidupan atau instink seksual atau libido, yaitu do¬rongan untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan keturunan.
2. Instink yang mendorong perbuatan-perbuatan agresif atau yang menjurus kepada kematian.
Tokoh-tokoh lain yang juga mengakui motif sebagai energi dasar antara lain adalah:
1. Bergson dengan teori "elan vital" yang mengakui adanya faktor yang bersifat non material yang mengatur tingkah laku.
2. Me Dougail dengan teori "bormic", yang mengatakan bahwa tingkah laku ditentukan oleh hasrat, kecenderungan yang bekerjanya analog dengan kenyataan-kenyataan dalam dunia ilmu. alam dan ilmu kimia.
Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi mempunyai fungsi sebagai perantara pada organisme atau manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Suatu perbuatan dimulai dengan adanya suatu ketidak seimbangan dalam diri individu, misalnya lapar atau takut. Keadaan tidak seimbang ini tidak menyenangkan bagi individu yang bersangkutan, sehingga timbul kebutuhan untuk meniadakan ketidak seimbangan ini, misalnya mencari makanan atau mencari perlindungan,. Kebutuhan inilah yang akan menimbulkan dorongan atau motif untuk berbuat sesuatu. Setelah perbuatan itu dilakukan maka tercapailah keadaan seimbang dalam diri individu, dan timbul perasaan puas, gembira, aman dan sebagainya. Kecenderungan untuk mengusahakan keseimbangan dari ketidak seimbangan terdapat dalam diri tiap organisme dan manusia, dan ini disebut prinsip homeostasis.
Pada manusia, lingkaran motivasi bersifat dinamis, ini disebab-kan karena keseimbangan pada manusia seringkali merangsang ketidak seimbangan lain yang lebih tinggi tingkatannya.
Hal ini tidak terdapat pada hewan, misalnya, karena pada hewan ketidak seimbangan-ketidak seimbangan yang timbul selalu sama dan waktu ke waktu sampai hewan ini mati. Oleh karena itu lingkaran motivasi pada hewan bersifat statis.
Motif adalah instansi terakhir bagi terjadinya tingkah laku. Meskipun misalnya ada kebutuhan, tetapi kebutuhan ini tidak ber-hasil menciptakan motif, maka tidak akan terjadi tingkah laku. Hal ini disebabkan karena motif tidak saja ditentukan oleh faktor-faktor dalam diri individu, seperti faktor-faktor biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan kebudayaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar